Semua orang pasti pernah bersedih, bukan? Sebab manusia
diciptakan dengan akal, pikiran, dan perasaan. Ia bisa merasakan berbagai
emosi. Sedih, bahagia, putus asa, dan kecewa.
Jujur, saya menulis ini dalam keadaan sedih. Ya, saya sedang
sedih. Sedih lantaran sosok malaikat pemberi inspirasi itu tak menyadari jika
saya care padanya, saya belum bisa bicara dengan sosok malaikat itu, saya belum
bisa ikut broadcasting school dalam waktu dekat, revisi skenario belum jelas,
dan saya juga bersedih atas pria pengidap HIV/AIDS yang baru saya kenal. Dianya
biasa saja, malah saya yang sedih. Sudahlah...mungkin karena saya terlalu
berempati padanya.
Saya larut dalam berbagai pikiran. Satu masalah selesai,
datang lebih banyak masalah lainnya.
Dalam keluarga, saya dilarang bersedih. Sedih bukan hal yang
dibolehkan di rumah. Ibu saya malah sering bilang “Kamu jangan menangis”
“Pokoknya kamu nggak boleh sedih”. Praktis, saya tak bisa menumpahkan kesedihan
atau berkeluh kesah secara mendalam jika berada di rumah. Saya tak bisa
mengekspresikan perasaan di tengah-tengah keluarga. Asumsi saya, keluarga,
terutama ibu saya, tidak menyukai adanya kesedihan dan air mata.
Ingin rasanya saya mengkritisi pandangan itu. Namun saya tak
bisa begitu saja mengkritisi pandangan keluarga, terlebih mereka semua lebih
tua dari saya.
Menurut saya, bersedih adalah hak setiap orang. Apa lagi
tiap orang memiliki masalah dalam hidupnya. Tak jarang masalah-masalah tersebut
memicu datangnya kesedihan.
Ketegaran dan kesabaran tentu ada batasnya. Ada kalanya kita
benar-benar tak bisa lagi menguatkan hati dan pikiran atas segala problematika
yang mendera. Maka timbul dorongan kuat untuk bersedih.
Perasaan sedih menjadi hal yang manusiawi. Sama halnya
dengan rasa marah. Dapat dikatakan kita semua berhak untuk sedih dan
mengungkapkannya. Hanya saja, jangan sampai kesedihan diungkapkan secara
berlebihan dan berlangsung secara berlarut-larut. Cepat atau lambat kita mesti
bangkit dan kembali bersemangat.
Kesedihan dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Salah satunya
yang sering dilakukan adalah menangis. Sementara dalam dunia kesehatan,
menangis memiliki banyak manfaat. Di antaranya mencegah dehidrasi pada membran
mata, sebagai antibakteri, menurunkan level stress, dan menurunkan level
depresi. Terbukti bukan, mengungkapkan kesedihan bisa mendatangkan manfaat yang
menyehatkan?
Jangan ragu untuk mengungkapkan kesedihan. Namun jangan lupa
untuk bangkit dan menyelesaikan semua permasalahan begitu perasaan kita lebih
baik. Tak ada salahnya pula memberi penghiburan bagi orang-orang yang tengah
bersedih saat kita bertemu mereka. Penghiburan itu bisa dalam bentuk apa saja.
Pelukan, sentuhan kasih sayang, solusi, memberi perhatian lebih, dll. So,
jangan menyabotase hak prerogatif seseorang untuk bersedih dan mengungkap kesedihan.
Akan lebih baik jika kita memberi penghiburan dan meringankan beban yang
menghimpit perasaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar