Sabtu, 21 Mei 2016

Komunitas Bisa, Orang-Orang Hebat Yang Luangkan Waktu Demi Memotivasi Anak

 Hai, readers. Hari ini, tanggal 21 Mei 2016. Hari yang istimewa menurut saya? Kenapa istimewa? Karena.....taraaaaaa...saya ketemu lagi sama Komunitas Bisa!
Sebelumnya, apa sih Komunitas Bisa itu? Saya ceritakan sedikit tentang komunitas yang satu ini.
Komunitas Bisa merupakan singkatan dari Bangkitkan Inspirasi Anak Bangsa. Berawal dari kegiatan Kelas Inspirasi Bandung 3, khususnya kelompok SD Langensari. Sasaran kegiatan Komunitas Bisa adalah siswa-siswi SMP. Komunitas ini bersifat nirlaba dan bergerak di bidang pendidikan. Anggotanya terdiri dari berbagai background dan profesi. Tiap empat bulan sekali Komunitas Bisa melakukan kegiatan berbagi pengalaman dan inspirasi dalam satu hari yang dinamakan Hari Berbagi.
Ada tiga nilai dasar dalam Komunitas Bisa. Belajar pada alam, memahami dari pengalaman, dan berbakti pada kampung halaman.
Itulah sekilas tentang Komunitas Bisa. Nah, kenapa saya bisa gabung di komunitas yang keren dan inspiratif itu? Saya diajak bergabung oleh Pak Indra, Ajudan Wali Kota Bandung. Saya mulai bergabung di Komunitas Bisa pada awal tahun ini, tepatnya 16 Januari 2016 di Hari Berbagi 4. Waktu itu kegiatan dilaksanakan di SMP FK Bina Muda Cicalengka.
Komunitas Bisa beranggotakan orang-orang dari berbagai profesi dan background. Ada Kang Renza (pengusaha di bidang industri sabun), Teh Inez (entrepreneur), Kang Erwin (psikolog), Dokter David, Ibu Nur (Kepala Puskesmas), Teh Fitri (HRD), Kang Jance (barista), Kang Arif Hidayat Adam (astronomer), Kang Gandhi (staf di Kantor Pajak), Teh Nita (MC dan marketing properti), Teh Winda (telekonsultan), Kang Surya (programmer), Koh Wandi Tan (pengusaha rumah makan0), Teh Masayu (internal audit), Teh Merisca (analis bisnis), Bu Evi, Teh Yani, Imas Sensei, Teh Susan, Teh Mila (guru), dan masih banyak lagi. Hebatnya, ada pula anggota Komunitas Bisa yang berasal dari Jakarta. So, mereka melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Bandung demi Hari Berbagi. Contohnya Teh Merisca, Kang Faisal, dan beberapa relawan lainnya.
Malam sebelumnya, saya sempat nge-tweet dan nge-mention akun Twitter Komunitas Bisa di @KomunitasBisaID ceritanya mau kasih semangat gitu buat Hari Berbagi besoknya. Seru deh...di group Whatsapp juga ramai terus. Karena biasanya Komunitas Bisa diskusinya di group itu.
Di Hari Berbagi 5 ini, kami mendatangi SMP Raksanagara Cihampelas. Letaknya di Jalan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Awalnya saya mau berangkat bareng Kang Erwin dan kawan-kawan, tapi akhirnya nggak jadi. Saya putuskan bawa mobil aja dari rumah.
Jam 05.50, saya berangkat dari rumah. Bisa dibayangkan, rumah saya di daerah timur Bandung. Terus saya pergi ke bagian barat Bandung. Wow...jauhnyaaa. But it’s ok. Saya udah biasa kok pergi jauh. Toh saya suka jalan-jalan dan mengeksplor daerah baru yang belum pernah saya kunjungi. Kebetulan, daerah Cihampelas Bandung Barat ini belum pernah saya kunjungi.
Sampai di jalan tol, hujan mengguyur deras. Alhamdulillah, berkah Illahi. Wiper mobil bergerak pelan menyapu sisa-sisa air hujan yang membekas di kaca. Anehnya, pas keluar tol, hujan berhenti. Yah, nggak apa-apa. Segi positifnya, udara jadi sejuk dan segar.
Ditemani lagu History-nya One Direction, mobil meluncur mulus menyusuri areal Taman Kopo Indah. Keluar dari Taman Kopo Indah, saya melewati Cipatik, Patrol, dan Cililin. Sempat happy juga pas lewat Desa Mekarjaya. Dikiranya udah dekat, nggak tahunya masih lima kilo lagi. Hahaha...terlalu optimis.
Walaupun udah dibantu GPS, tetap saja terjadi risiko nyasar. Salah belok...tanya sana-sini, barulah sampai di sekolah. Malah ada seorang ibu-ibu yang bilang gini pas selesai ditanya, “Tadi juga ada satu mobil yang nanyain SMP Raksanagara.” Kayaknya ibu-ibu itu udah tahu gitu ya, tujuan saya mau kemana.
Selang 1.5 jam, saya sampai di SMP Raksanagara. Awalnya waswas juga, dugaan awal nggak dapat parkir. Tapi akhirnya dapat parkir juga. Sudah ada lima mobil yang datang. Saya khawatir, jangan-jangan saya terlambat. Tapi nggak tahunya saya belum terlambat. Masih ada lagi yang ditunggu.
Turun dari mobil, saya langsung dihadiahi pelukan dari beberapa anggota Komunitas Bisa. Saya menyukai pelukan, dan saya senang menerimanya dari mereka. Rasanya hangat, penuh cinta, dan penuh rindu. Setelah empat bulan lamanya, akhirnya kami bertemu lagi. Bersama-sama kami memasuki ruangan brieffing. Bu Evi menggandeng tangan saya, dan beliau duduk bersama saya di dalam ruangan.
Tiba di ruang brieffing, saya disambut Kang Renza. Seperti biasa, pembawaan hangatnya membuat saya nyaman dan tenang. Senang rasanya bisa diberi kesempatan bertemu lagi. Saya perhatikan, Ketua Komunitas Bisa yang satu ini memakai pakaian putih, sama seperti waktu Hari Berbagi 4. Putih, warna favorit saya. Dan pakaian yang saya kenakan tadi juga berwarna putih.
Mulailah kami brieffing. Pertama oleh Ketua Panitia, yaitu Teh Susan. Disusul perkenalan oleh anggota-anggota baru. Seperti biasa, bukan Komunitas Bisa namanya jika tanpa canda dan tawa. Ada saja humor yang terselip, dan suasana benar-benar nyaman.
Usai brieffing, para relawan yang kebagian jam pertama bergegas ke kelas masing-masing sesuai jadwal. Saya mendapat giliran jam kedua. Praktis saya masih bisa bersantai sejenak di ruang bersama beberapa relawan motivator lainnya. Kami melewatkan waktu dengan sharing dan diskusi.
Sampai akhirnya, tibalah giliran saya di jam kedua untuk mengisi kelas motivasi. Saya ditempatkan di kelas 8B. Letak ruang kelasnya di bagian belakang. Saya memasuki kelas bersama Teh Susan.
As usual, saya memulainya dengan ucapan salam dan selamat pagi. Mula-mula saya menjelaskan tentang kehidupan saya. Bagaimana saya mulai menulis dan menjadi penyiar radio, tentang novel-novel saya, tentang skenario, radio, dan kegiatan sosial. Sebab judul materi yang saya bawakan adalah “Mencintai dan Mengisi Hidup Dengan Kebaikan”. Saya membagikan skenario The Angel’s Melody pada anak-anak. Thanks banget buat Teh Susan yang udah bantu saya edarin skenario itu dari satu meja ke meja. Saya jelaskan sedikit tentang istilah-istilah dalam skenario, seperti int, ext, montage, dan penomoran dalam scene. Mudah-mudahan mereka paham dengan penjelasan saya. Saya khawatir penjelasannya tidak dimengerti. Awalnya, ingin saya masukkan sedikit materi tentang hipnoterapi. Cabang ilmu terapi penyembuhan yang baru-baru ini sedang saya tekuni. Namun setelah dihitung-hitung, sepertinya durasi tak memungkinkan.
Setelah menyampaikan materi, saya menugaskan mereka menulis tentang kesan dan pesan pada para motivator. Setelah selesai, mereka membacakan tulisan itu satu per satu di depan kelas. Tujuan saya untuk melatih teknik menulis dan public speaking. Bagi tulisan terbaik, saya menghadiahkan salah satu dari tiga skenario yang saya bawa.
Beberapa menit berlalu. Semula saya duduk di depan meja guru. Lalu saya bangkit dan berkeliling di antara anak-anak. Mengamati cara kerja mereka dan menjawab pertanyaan. Saya ingat, ada siswi yang aktif bertanya pada saya. Namanya Wulan. Saya takkan melupakan siswa semacam itu. Sambil menunggu mereka menulis, saya menceritakan pengalaman berkunjung ke Rumah Cinta, rumah singgah khusus anak-anak pengidap kanker. Saya memotivasi mereka untuk mengisi hidup dengan kebaikan dan menumbuhkan empati.
Akhirnya, lantaran takut durasi tak mencukupi, saya menyudahi waktu pengerjaan. Saya meminta anak yang sudah selesai untuk maju ke depan dan membacakan hasil tulisannya. Tak ada yang mau. Saya sempat menawari Wulan, namun ia tak mau. Saya heran, bukankah dia yang tadi aktif bertanya? Tapi tak mengapa, lalu saya tunjuk murid lain. Namanya Fikri. Ia maju ke depan dan membacakan tulisannya. Actually, tulisannya cukup bagus. Lalu saya minta ia menunjuk temannya untuk maju selanjutnya. Begitu seterusnya, satu per satu anak maju ke depan. Ada saja kelucuan yang mereka tertawakan saat teman-teman mereka maju.
Bel tanda berakhirnya jam kedua mengakhiri kebersamaan saya dengan kelas 8B. Sayangnya, tak semua anak sempat membacakan tulisannya. Meski demikian, saya menghadiahkan skenario pada siswa yang tulisannya terbaik. Dan pemenangnya jatuh pada Fikri. Saya mengingatkan ia untuk meminjamkan skenario pemberian saya jika ada teman yang ingin meminjamkannya. Ia tersenyum dan mengucap terima kasih.
Setelahnya saya kembali ke ruang brieffing. Bertemu dan ngobrol lagi dengan relawan-relawan motivator yang stay di sana. Dalam sekejap, suasana ramai kembali tercipta. Kocak, semarak, dan...bikin kangen. Asyik deh pokoknya. Saya nyaman bersama mereka. Mereka dewasa, tapi humoris. Candaan mereka menyenangkan, namun merekapun berpikiran dewasa. Saya suka itu. Mereka adalah orang-orang yang pintar, dewasa, sukses dengan kariernya, dan inspiratif. Jiwa sosial mereka pun tinggi. Bagaimana tidak, mereka bersedia meluangkan satu hari dari kesibukan demi memotivasi anak-anak yang bersekolah di daerah pelosok seperti ini. Kegiatan ini gratis, mereka menjadi motivator tanpa dibayar. Bukankah positif sekali? Membuat jiwa sosial dan kepedulian menjadi terasah? Saya senang sekali bisa menjadi bagian dari orang-orang hebat ini.
Tibalah waktu istirahat. Kami pindah ke aula. Sebab acara setelah jam istirahat akan dipusatkan di sana.
Usai istirahat, anak-anak berdatangan ke aula. Mereka dikondisikan untuk berbaris rapi. Ada dua sesi dalam rangkaian terakhir acara Hari Berbagi 5 ini. Ada sesi problem solver. Ini khusus untuk tiga anak terpilih dari tiap kelas. Format problem solver ini berupa mencari dan memecahkan masalah di lokasi sekolah. Intinya, membuat project agar kondisi sekolah lebih baik lagi. Anak-anak itu diminta mewawancarai guru dan teman-teman mereka. Lalu mereka membuat presentasi tentang project itu, estimasi pendanaan, cara-cara merealisasikan project, dan jangka waktu project. Mereka dibagi dalam tiga group. Group A, B, dan C.
Sementara anak-anak perwakilan kelas membahas problem solver di luar aula, murid-murid lainnya diberikan sesi yang tak kalah seru. Mulai dari ice breaking berupa senam pinguin, sulap, pemutaran film dan video, dan lima langkah meraih mimpi. Semua ini tentu berkat partisipasi anggota baru dan astronomer kami, Kang Arif Hidayat Adam.
Selesai persiapan presentasi, satu per satu group problem solver mempresentasikan hasilnya. Group A dan B mengajukan project perbaikan toilet sekolah. Group C mengajukan project pengadaan air bersih di sekolah. Semua presentasinya bagus-bagus. Hanya terpilih satu pemenang, grup B terpilih sebagai pemenangnya. Akan tetapi bukan berarti group A dan C tidak mendapat hadiah.
Usai pembagian hadiah, berlangsung sesi foto. Anak-anak berfoto bersama semua relawan. Acara Hari Berbagi 5 ditutup dengan doa.
Selesailah rangkaian Hari Berbagi 5. Baru setelah itu para relawan berfoto-foto. Saya berada di antara Bu Evi dan Teh Inez. Anehnya, sesi foto para motivator diiringi backsound Pamit dari Tulus yang diputarkan dari notebook milik salah satu relawan.
Puas berfoto, kami duduk dan brieffing lagi. Brieffing penutupan tak kalah serunya. Kami membahas banyak hal, tak lupa melontarkan banyak candaan. Candaan seperti tak ada habisnya di sini. Dan kami tak ragu untuk tertawa atau tersenyum lepas. Saya senang dan bahagia bersama mereka. Diputuskan bila next project akan dilakukan Bulan September. September! Pas ulang tahun saya! Semoga tanggal 9, makin pas tuh...hehehe. Dan Ketua Panitia untuk project berikutnya adalah...Kang Erwin. Good luck, kakak Psikolog-ku. Akang pasti bisa.
Di perjalanan pulang, hari sudah sore. Lagi-lagi saya ditemani History-nya One Direction. Saya berpikir, banyak hal positif yang bisa diambil dari Hari Berbagi dan Komunitas Bisa. Ikut Komunitas Bisa itu ballance. Dengan kami mendatangi sekolah-sekolah di daerah pelosok, kita melihat ke bawah. Dengan berkumpul bersama anggota Komunitas Bisa yang terdiri dari berbagai latar belakang dan pekerjaan, kami melihat ke atas. Kami yang memotivasi, tapi justru kami yang termotivasi oleh semangat dan cita-cita para murid itu. Kami belajar bersyukur dan berbuat kebaikan dengan tulus. Komunitas Bisa juga mengajarkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian, empati, kepedulian, dan kepekaan sosial. Tak ada hal negatif yang saya dapatkan di komunitas ini. Hanya hal-hal positif yang saya dapatkan. Terlebih, sepertinya saya anggota termuda di sini. Saya bisa belajar banyak dari mereka. Mereka kakak-kakak saya, keluarga saya, inspirasi saya. Saya jadi tergerak menulis novel tentang Komunitas Bisa. Setelah PSM, kenapa nggak coba Komunitas Bisa? Iya tho?
So, terima kasih buat hari ini. Pertemuan dengan Komunitas Bisa sungguh menyenangkan. Semoga kita bisa segera bertemu lagi. Thank you, danke, syukran, merci beaucoup, arigato, matur nuwun. Kang Renza, Kang Erwin, Teh Inez, Bu Evi, Teh Nita, dan semuanya, saya pasti akan merindukan kalian. Kang Oki, Kak Faisal, Kang Gandhi, Pak Indra, dan lainnya, semoga kalian bisa ikut di next project.
Saya kesusahan meng-upload foto-fotonya.. Semoga di www.komunitasbisa.org sudah di-upload.
Semangat bisa!
Cita-citaku,
Aku yakin
Aku bisa,
Harus bisa,

Pasti bisa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar