Rabu, 15 Juli 2015

Maura: Jika Kita Saling Mencintai, Setiap Masalah Bisa Diatasi



Maura: Jika Kita Saling Mencintai, Setiap Masalah Bisa Diatasi

Hmm...sudah berapa lama ya, aku nggak nge-blog? Kira-kira beberapa bulan. Apa lagi blog ini tercipta demi memenuhi tugas ujian praktek pelajaran IT di sekolah. Wow...rasanya udah lama ya?
Ok, back to focus. Hari ini aku tergerak untuk menambah entry di blog ini atas dasar perasaan. Ya, perasaanku tak menentu. Antara sedih, kalut, frustasi, dan rindu. Bagaimana tidak, rasanya semua orang akan merasakan hal yang sama saat terlibat konflik dengan kekasih tercinta.
Kekasih tercinta? Tepatnya, kini aku yang tengah mengalami masalah itu. Punya masalah dengan pria istimewa dalam hidup kita memang menyita pikiran, perhatian, dan konsentrasi. Jujur sejak tertimpa masalah, konsentrasiku sempurna hilang. Yang kupikirkan hanya dia berikut masalah kami.
Berawal dari sebuah pertanyaan. Lalu disusul oleh kesalahpahaman, dan diakhiri dengan kecemasan. Kecemasan jika dia akan pergi dari hidupku. Rasa takutku terlalu dominan saat ini. Takut kehilangan lebih tepatnya. Karena apa? Karena merasakan kehilangan sangatlah menyakitkan. Menggoreskan luka dan rasa sakit yang tidak mudah terobati.
Ironis, malam sebelumnya aku baru saja dipercaya beberapa sahabatku sebagai tempat mencurahkan isi hati. Merekapun sedang terlibat masalah cinta. Tak hanya itu, akupun diminta memberikan bantuan dan solusi. Namun kini, justru aku sendiri yang terlibat problematika.
Persoalan utamanya adalah seringnya aku meninggalkannya dan masalah pemahamanku tentang dirinya. Sungguh bukan maksudku untuk terlalu sering meninggalkannya. Hanya saja, situasi dan kondisi yang membuatku sibuk. Praktis ia hanya bisa menungguku.
Menyesal? Tentu saja. Namun setiap masalah takkan selesai jika hanya disesali.
Bertahan? Itulah yang akan kulakukan. Meski dia memintaku melupakannya, aku takkan mau. Aku takkan melupakan dan meninggalkannya. Dia terlalu baik dan terlalu sempurna untuk kulupakan ataupun kutinggalkan.
Salahkah jika aku memutuskan untuk bertahan? Salahkah jika aku mencoba untuk memahaminya? Memahami dirinya seperti dia selalu memahamiku?
Mungkin aku tak bisa selalu ada untuknya. Tetapi satu hal yang perlu diketahui: aku tak pernah melupakan dia. Dia selalu ada dalam prioritasku.
Lalu, aku teringat sesuatu. Bukankah jika kita saling mencintai setiap masalah bisa diatasi? Tidakkah cinta dapat menjadi alasan untuk menyelesaikan setiap prahara yang menghadang? Kuharap diapun memiliki pemikiran yang sama denganku.
Aku yakin, setiap kesalahpahaman pasti bisa diluruskan. Setiap luapan emosi pasti bisa dihentikan. Setiap kemarahan pasti bisa diredakan.
As usual, aku selalu mencoba menenangkan diri melalui lagu-lagu yang representatif dengan perasaan hatiku. Di antaranya Sam Smith-I’m Not The Only One, Tompi-Tak Pernah Setengah Hati, dan Glen Fredly-Sekali Ini Saja. Lagu terakhirlah yang paling menyentuh menurutku. Terutama pada liriknya ‘Tak sanggup bila harus jujur, hidup tanpa hembusan nafasnya’. Yah, begitulah aku. Selalu mengaitkan sesuatu dengan musik dan novel.
So, untuk siapapun yang mengalami situasi identik denganku, tetaplah pertahankan cinta kalian. Love can be survive, kalian harus percaya itu.
Dan untuk dia yang telah sering kutinggalkan, aku hanya ingin berkata. Bukan maksudku untuk meninggalkanmu atau tidak memberimu perhatian. Aku justru selalu memikirkanmu, meski di saat aku tak bisa menemanimu. Kapanpun aku memiliki banyak waktu, aku pasti mencari dan menemanimu. Jangan pernah pikirkan jika aku melupakan dirimu. Aku bahkan selalu cemas jika tak seharipun mendapat kabar tentangmu. Dan aku selalu tenang tiap kali mengetahui kau baik-baik saja. Aku senantiasa bersedih saat kau mengatakan jika dirimu baik-baik saja, padahal sesungguhnya telah terjadi sesuatu padamu.
Satu hal lagi yang tak kalah penting. Jangan pernah pisahkan aku dari hidupmu. Jangan pernah pergi dari sisiku. Sebab aku tak bisa jika kau meninggalkanku. Kesabaranmu, kelembutanmu, sikap hangatmu, cintamu yang tulus, dan pengertianmu takkan bisa tergantikan. At least, don’t ever leave me and I really love you, Oppa.