Sabtu, 28 Mei 2016

Pelukan, Terapi Ampuh Untuk Kesehatan

Hari Senin lalu, saya menjemput kakak pertama saya dari Bandara Husein Sastranegara. Saya tiba di bandara lebih awal, sekitar pukul 16.00. Setengah jam sebelum pesawat yang ditumpangi kakak mendarat.
Begitu announcer mengumumkan kedatangan pesawat Citilink dari Palembang, saya bergegas melangkah ke depan check in room. Beruntung hari itu penglihatan masih mau bekerjasama dengan baik. Alhasil saya tak kesulitan menemukan pintu ruangan.
Beberapa menit menunggu, keluarlah kakak saya dari ruang check in. Hal pertama yang ia lakukan ialah menyapa dan melingkarkan lengannya memeluk saya. Inilah yang paling saya suka. Saya pun dengan tulus membalas pelukannya. Lalu kami beranjak meninggalkan bandara.
Dari peristiwa kecil ini saya ingin menyoroti satu hal: pelukan. Ya, sejak kecil saya pribadi menyukai pelukan. Bagi saya, pelukan menciptakan kedekatan dan kehangatan dengan orang-orang terkasih. Ada rasa nyaman saat menerima pelukan. Secara tidak langsung, individu yang memberi pelukan menampakkan kepedulian, perhatian, simpati, kasih sayang, dan empati. Tak usah mengucap kata, cukup dengan pelukan. Hal itu telah mencerminkan bentuk kasih sayang secara non-verbal.
Meski menyukai pelukan, saya tak begitu sering mendapatkannya. Terlebih keluarga saya bukan tipikal keluarga romantis. Di keluarga kecil, contohnya. Hanya kakak pertama dan ibu saya yang suka memeluk. Sedangkan ayah dan kakak kedua saya tak suka memberi pelukan. Kendati ibu dan kakak pertama tak keberatan untuk memeluk, sudah jarang saya menerimanya. Sedangkan di keluarga besar, hanya beberapa sepupu, eyang putri, dan Uncle yang suka memeluk. Selebihnya tak menyukai interaksi fisik semacam itu. Auntie dan banyak sepupu lainnya tidak pernah menerapkan kebiasaan seperti itu.
Jika dilihat dari sisi medis, pelukan memiliki sejumlah manfaat. Sama halnya dengan tertawa, pelukan pun menjadi terapi ampuh untuk beberapa masalah kesehatan. Dilansir dari Mindbodygreen, pelukan bermanfaat untuk meredakan depresi, kecemasan, dan stress. Para ahli kejiwaan merekomendasikan delapan pelukan untuk meningkatkan indeks kebahagiaan. Delapan pelukan itu juga berfungsi untuk meningkatkan keharmonisan hubungan.
Seorang terapis keluarga, Virginia Satir, menyarankan beberapa jumlah pelukan. 4 pelukan untuk bertahan hidup, 8 pelukan untuk kesehatan, dan 12 pelukan untuk pertumbuhan.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tindakan simple berupa pelukan dapat menambah hormon oksitosin. Hormon ini berguna sekali untuk tubuh. Meningkatkan kepercayaan diri, keyakinan diri, mengurangi rasa takut, menyalurkan kasih sayang dan ketenangan. Hormon oksitosin juga berfungsi menurunkan tekanan darah, meningkatkan antibodi, melawan infeksi, melawan kelelahan, dan serta meminimalisir stress dan depresi.
Sementara pelukan pada anak dapat meningkatkan kecerdasan otak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pelukan tak hanya mempererat ikatan kasih sayang. Melainkan untuk menguatkan fisik, emosi, psikis, dan kesehatan.
Keunikan dari pelukan adalah orang yang dipeluk maupun memeluk akan merasakan manfaat yang sama. Agar bisa memberi pelukan yang berkualitas, lenyapkan hal-hal yang mengganggu saat kita sedang memberi pelukan. Hal-hal tersebut bisa berupa urusan pekerjaan, tugas kuliah, permasalahan yang belum selesai, dll. Memeluk seseorang dengan kepala penuh persoalan akan membuat energi positif tidak dapat tersalurkan dengan baik.
Saat memeluk, usahakan tangan kita tidak memegang benda-benda lainnya. Gadget, tas, gantungan kunci, atau barang apapun, letakkan dulu. Biarkan tangan kita leluasa memeluk dengan lembut dan hangat.
Sayangnya, masih banyak individu yang belum menyadari banyaknya manfaat pelukan. Alhasil pelukan dianggap kurang lazim. Sebab itulah banyak orang yang gengsi atau ragu ketika ingin memeluk atau minta dipeluk.

So, di sini saya ingin mengajak kalian semua. Janganlah ragu untuk memberi pelukan. Berikan kehangatan, energi positif, dan kasih sayang pada siapa saja yang membutuhkannya. Sentuhan kasih sayang, dalam hal ini pelukan, memberi manfaat yang baik sekali. Bukankah memberi kasih sayang dan membantu menenangkan perasaan orang lain tidak merugikan? Justru kita memperoleh banyak keuntungan, baik fisik maupun psikologis?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar