Hari Senin lalu, saya menjemput kakak pertama saya dari
Bandara Husein Sastranegara. Saya tiba di bandara lebih awal, sekitar pukul
16.00. Setengah jam sebelum pesawat yang ditumpangi kakak mendarat.
Begitu announcer mengumumkan kedatangan pesawat Citilink
dari Palembang, saya bergegas melangkah ke depan check in room. Beruntung hari
itu penglihatan masih mau bekerjasama dengan baik. Alhasil saya tak kesulitan
menemukan pintu ruangan.
Beberapa menit menunggu, keluarlah kakak saya dari ruang
check in. Hal pertama yang ia lakukan ialah menyapa dan melingkarkan lengannya
memeluk saya. Inilah yang paling saya suka. Saya pun dengan tulus membalas
pelukannya. Lalu kami beranjak meninggalkan bandara.
Dari peristiwa kecil ini saya ingin menyoroti satu hal:
pelukan. Ya, sejak kecil saya pribadi menyukai pelukan. Bagi saya, pelukan
menciptakan kedekatan dan kehangatan dengan orang-orang terkasih. Ada rasa
nyaman saat menerima pelukan. Secara tidak langsung, individu yang memberi
pelukan menampakkan kepedulian, perhatian, simpati, kasih sayang, dan empati. Tak
usah mengucap kata, cukup dengan pelukan. Hal itu telah mencerminkan bentuk
kasih sayang secara non-verbal.
Meski menyukai pelukan, saya tak begitu sering
mendapatkannya. Terlebih keluarga saya bukan tipikal keluarga romantis. Di
keluarga kecil, contohnya. Hanya kakak pertama dan ibu saya yang suka memeluk.
Sedangkan ayah dan kakak kedua saya tak suka memberi pelukan. Kendati ibu dan
kakak pertama tak keberatan untuk memeluk, sudah jarang saya menerimanya. Sedangkan
di keluarga besar, hanya beberapa sepupu, eyang putri, dan Uncle yang suka
memeluk. Selebihnya tak menyukai interaksi fisik semacam itu. Auntie dan banyak
sepupu lainnya tidak pernah menerapkan kebiasaan seperti itu.
Jika dilihat dari sisi medis, pelukan memiliki sejumlah
manfaat. Sama halnya dengan tertawa, pelukan pun menjadi terapi ampuh untuk
beberapa masalah kesehatan. Dilansir dari Mindbodygreen, pelukan bermanfaat
untuk meredakan depresi, kecemasan, dan stress. Para ahli kejiwaan
merekomendasikan delapan pelukan untuk meningkatkan indeks kebahagiaan. Delapan
pelukan itu juga berfungsi untuk meningkatkan keharmonisan hubungan.
Seorang terapis keluarga, Virginia Satir, menyarankan
beberapa jumlah pelukan. 4 pelukan untuk bertahan hidup, 8 pelukan untuk
kesehatan, dan 12 pelukan untuk pertumbuhan.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tindakan simple berupa
pelukan dapat menambah hormon oksitosin. Hormon ini berguna sekali untuk tubuh.
Meningkatkan kepercayaan diri, keyakinan diri, mengurangi rasa takut, menyalurkan
kasih sayang dan ketenangan. Hormon oksitosin juga berfungsi menurunkan tekanan
darah, meningkatkan antibodi, melawan infeksi, melawan kelelahan, dan serta
meminimalisir stress dan depresi.
Sementara pelukan pada anak dapat meningkatkan kecerdasan
otak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pelukan tak hanya mempererat ikatan kasih
sayang. Melainkan untuk menguatkan fisik, emosi, psikis, dan kesehatan.
Keunikan dari pelukan adalah orang yang dipeluk maupun
memeluk akan merasakan manfaat yang sama. Agar bisa memberi pelukan yang
berkualitas, lenyapkan hal-hal yang mengganggu saat kita sedang memberi
pelukan. Hal-hal tersebut bisa berupa urusan pekerjaan, tugas kuliah,
permasalahan yang belum selesai, dll. Memeluk seseorang dengan kepala penuh
persoalan akan membuat energi positif tidak dapat tersalurkan dengan baik.
Saat memeluk, usahakan tangan kita tidak memegang
benda-benda lainnya. Gadget, tas, gantungan kunci, atau barang apapun, letakkan
dulu. Biarkan tangan kita leluasa memeluk dengan lembut dan hangat.
Sayangnya, masih banyak individu yang belum menyadari
banyaknya manfaat pelukan. Alhasil pelukan dianggap kurang lazim. Sebab itulah
banyak orang yang gengsi atau ragu ketika ingin memeluk atau minta dipeluk.
So, di sini saya ingin mengajak kalian semua. Janganlah ragu
untuk memberi pelukan. Berikan kehangatan, energi positif, dan kasih sayang
pada siapa saja yang membutuhkannya. Sentuhan kasih sayang, dalam hal ini
pelukan, memberi manfaat yang baik sekali. Bukankah memberi kasih sayang dan
membantu menenangkan perasaan orang lain tidak merugikan? Justru kita
memperoleh banyak keuntungan, baik fisik maupun psikologis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar