Hai, readers. Hari
ini, tanggal 21 Mei 2016. Hari yang istimewa menurut saya? Kenapa istimewa?
Karena.....taraaaaaa...saya ketemu lagi sama Komunitas Bisa!
Sebelumnya, apa sih Komunitas Bisa itu? Saya ceritakan
sedikit tentang komunitas yang satu ini.
Komunitas Bisa merupakan singkatan dari Bangkitkan Inspirasi
Anak Bangsa. Berawal dari kegiatan Kelas Inspirasi Bandung 3, khususnya
kelompok SD Langensari. Sasaran kegiatan Komunitas Bisa adalah siswa-siswi SMP.
Komunitas ini bersifat nirlaba dan bergerak di bidang pendidikan. Anggotanya
terdiri dari berbagai background dan profesi. Tiap empat bulan sekali Komunitas
Bisa melakukan kegiatan berbagi pengalaman dan inspirasi dalam satu hari yang
dinamakan Hari Berbagi.
Ada tiga nilai dasar dalam Komunitas Bisa. Belajar pada
alam, memahami dari pengalaman, dan berbakti pada kampung halaman.
Itulah sekilas tentang Komunitas Bisa. Nah, kenapa saya bisa
gabung di komunitas yang keren dan inspiratif itu? Saya diajak bergabung oleh
Pak Indra, Ajudan Wali Kota Bandung. Saya mulai bergabung di Komunitas Bisa
pada awal tahun ini, tepatnya 16 Januari 2016 di Hari Berbagi 4. Waktu itu
kegiatan dilaksanakan di SMP FK Bina Muda Cicalengka.
Komunitas Bisa beranggotakan orang-orang dari berbagai
profesi dan background. Ada Kang Renza (pengusaha di bidang industri sabun),
Teh Inez (entrepreneur), Kang Erwin (psikolog), Dokter David, Ibu Nur (Kepala
Puskesmas), Teh Fitri (HRD), Kang Jance (barista), Kang Arif Hidayat Adam
(astronomer), Kang Gandhi (staf di Kantor Pajak), Teh Nita (MC dan marketing
properti), Teh Winda (telekonsultan), Kang Surya (programmer), Koh Wandi Tan
(pengusaha rumah makan0), Teh Masayu (internal audit), Teh Merisca (analis
bisnis), Bu Evi, Teh Yani, Imas Sensei, Teh Susan, Teh Mila (guru), dan masih
banyak lagi. Hebatnya, ada pula anggota Komunitas Bisa yang berasal dari
Jakarta. So, mereka melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Bandung demi Hari
Berbagi. Contohnya Teh Merisca, Kang Faisal, dan beberapa relawan lainnya.
Malam sebelumnya, saya sempat nge-tweet dan nge-mention akun
Twitter Komunitas Bisa di @KomunitasBisaID ceritanya mau kasih semangat gitu
buat Hari Berbagi besoknya. Seru deh...di group Whatsapp juga ramai terus.
Karena biasanya Komunitas Bisa diskusinya di group itu.
Di Hari Berbagi 5 ini, kami mendatangi SMP Raksanagara
Cihampelas. Letaknya di Jalan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Cihampelas Kabupaten
Bandung Barat. Awalnya saya mau berangkat bareng Kang Erwin dan kawan-kawan,
tapi akhirnya nggak jadi. Saya putuskan bawa mobil aja dari rumah.
Jam 05.50, saya berangkat dari rumah. Bisa dibayangkan,
rumah saya di daerah timur Bandung. Terus saya pergi ke bagian barat Bandung.
Wow...jauhnyaaa. But it’s ok. Saya udah biasa kok pergi jauh. Toh saya suka
jalan-jalan dan mengeksplor daerah baru yang belum pernah saya kunjungi.
Kebetulan, daerah Cihampelas Bandung Barat ini belum pernah saya kunjungi.
Sampai di jalan tol, hujan mengguyur deras. Alhamdulillah,
berkah Illahi. Wiper mobil bergerak pelan menyapu sisa-sisa air hujan yang
membekas di kaca. Anehnya, pas keluar tol, hujan berhenti. Yah, nggak apa-apa.
Segi positifnya, udara jadi sejuk dan segar.
Ditemani lagu History-nya One Direction, mobil meluncur
mulus menyusuri areal Taman Kopo Indah. Keluar dari Taman Kopo Indah, saya
melewati Cipatik, Patrol, dan Cililin. Sempat happy juga pas lewat Desa
Mekarjaya. Dikiranya udah dekat, nggak tahunya masih lima kilo lagi.
Hahaha...terlalu optimis.
Walaupun udah dibantu GPS, tetap saja terjadi risiko nyasar.
Salah belok...tanya sana-sini, barulah sampai di sekolah. Malah ada seorang
ibu-ibu yang bilang gini pas selesai ditanya, “Tadi juga ada satu mobil yang
nanyain SMP Raksanagara.” Kayaknya ibu-ibu itu udah tahu gitu ya, tujuan saya
mau kemana.
Selang 1.5 jam, saya sampai di SMP Raksanagara. Awalnya
waswas juga, dugaan awal nggak dapat parkir. Tapi akhirnya dapat parkir juga.
Sudah ada lima mobil yang datang. Saya khawatir, jangan-jangan saya terlambat.
Tapi nggak tahunya saya belum terlambat. Masih ada lagi yang ditunggu.
Turun dari mobil, saya langsung dihadiahi pelukan dari
beberapa anggota Komunitas Bisa. Saya menyukai pelukan, dan saya senang
menerimanya dari mereka. Rasanya hangat, penuh cinta, dan penuh rindu. Setelah
empat bulan lamanya, akhirnya kami bertemu lagi. Bersama-sama kami memasuki
ruangan brieffing. Bu Evi menggandeng tangan saya, dan beliau duduk bersama
saya di dalam ruangan.
Tiba di ruang brieffing, saya disambut Kang Renza. Seperti
biasa, pembawaan hangatnya membuat saya nyaman dan tenang. Senang rasanya bisa
diberi kesempatan bertemu lagi. Saya perhatikan, Ketua Komunitas Bisa yang satu
ini memakai pakaian putih, sama seperti waktu Hari Berbagi 4. Putih, warna
favorit saya. Dan pakaian yang saya kenakan tadi juga berwarna putih.
Mulailah kami brieffing. Pertama oleh Ketua Panitia, yaitu Teh
Susan. Disusul perkenalan oleh anggota-anggota baru. Seperti biasa, bukan
Komunitas Bisa namanya jika tanpa canda dan tawa. Ada saja humor yang terselip,
dan suasana benar-benar nyaman.
Usai brieffing, para relawan yang kebagian jam pertama
bergegas ke kelas masing-masing sesuai jadwal. Saya mendapat giliran jam kedua.
Praktis saya masih bisa bersantai sejenak di ruang bersama beberapa relawan
motivator lainnya. Kami melewatkan waktu dengan sharing dan diskusi.
Sampai akhirnya, tibalah giliran saya di jam kedua untuk
mengisi kelas motivasi. Saya ditempatkan di kelas 8B. Letak ruang kelasnya di
bagian belakang. Saya memasuki kelas bersama Teh Susan.
As usual, saya memulainya dengan ucapan salam dan selamat
pagi. Mula-mula saya menjelaskan tentang kehidupan saya. Bagaimana saya mulai
menulis dan menjadi penyiar radio, tentang novel-novel saya, tentang skenario,
radio, dan kegiatan sosial. Sebab judul materi yang saya bawakan adalah
“Mencintai dan Mengisi Hidup Dengan Kebaikan”. Saya membagikan skenario The Angel’s
Melody pada anak-anak. Thanks banget buat Teh Susan yang udah bantu saya edarin
skenario itu dari satu meja ke meja. Saya jelaskan sedikit tentang
istilah-istilah dalam skenario, seperti int, ext, montage, dan penomoran dalam
scene. Mudah-mudahan mereka paham dengan penjelasan saya. Saya khawatir
penjelasannya tidak dimengerti. Awalnya, ingin saya masukkan sedikit materi
tentang hipnoterapi. Cabang ilmu terapi penyembuhan yang baru-baru ini sedang
saya tekuni. Namun setelah dihitung-hitung, sepertinya durasi tak memungkinkan.
Setelah menyampaikan materi, saya menugaskan mereka menulis
tentang kesan dan pesan pada para motivator. Setelah selesai, mereka membacakan
tulisan itu satu per satu di depan kelas. Tujuan saya untuk melatih teknik
menulis dan public speaking. Bagi tulisan terbaik, saya menghadiahkan salah
satu dari tiga skenario yang saya bawa.
Beberapa menit berlalu. Semula saya duduk di depan meja
guru. Lalu saya bangkit dan berkeliling di antara anak-anak. Mengamati cara
kerja mereka dan menjawab pertanyaan. Saya ingat, ada siswi yang aktif bertanya
pada saya. Namanya Wulan. Saya takkan melupakan siswa semacam itu. Sambil
menunggu mereka menulis, saya menceritakan pengalaman berkunjung ke Rumah
Cinta, rumah singgah khusus anak-anak pengidap kanker. Saya memotivasi mereka
untuk mengisi hidup dengan kebaikan dan menumbuhkan empati.
Akhirnya, lantaran takut durasi tak mencukupi, saya
menyudahi waktu pengerjaan. Saya meminta anak yang sudah selesai untuk maju ke
depan dan membacakan hasil tulisannya. Tak ada yang mau. Saya sempat menawari
Wulan, namun ia tak mau. Saya heran, bukankah dia yang tadi aktif bertanya?
Tapi tak mengapa, lalu saya tunjuk murid lain. Namanya Fikri. Ia maju ke depan
dan membacakan tulisannya. Actually, tulisannya cukup bagus. Lalu saya minta ia
menunjuk temannya untuk maju selanjutnya. Begitu seterusnya, satu per satu anak
maju ke depan. Ada saja kelucuan yang mereka tertawakan saat teman-teman mereka
maju.
Bel tanda berakhirnya jam kedua mengakhiri kebersamaan saya
dengan kelas 8B. Sayangnya, tak semua anak sempat membacakan tulisannya. Meski
demikian, saya menghadiahkan skenario pada siswa yang tulisannya terbaik. Dan
pemenangnya jatuh pada Fikri. Saya mengingatkan ia untuk meminjamkan skenario
pemberian saya jika ada teman yang ingin meminjamkannya. Ia tersenyum dan
mengucap terima kasih.
Setelahnya saya kembali ke ruang brieffing. Bertemu dan
ngobrol lagi dengan relawan-relawan motivator yang stay di sana. Dalam sekejap,
suasana ramai kembali tercipta. Kocak, semarak, dan...bikin kangen. Asyik deh
pokoknya. Saya nyaman bersama mereka. Mereka dewasa, tapi humoris. Candaan
mereka menyenangkan, namun merekapun berpikiran dewasa. Saya suka itu. Mereka
adalah orang-orang yang pintar, dewasa, sukses dengan kariernya, dan inspiratif.
Jiwa sosial mereka pun tinggi. Bagaimana tidak, mereka bersedia meluangkan satu
hari dari kesibukan demi memotivasi anak-anak yang bersekolah di daerah pelosok
seperti ini. Kegiatan ini gratis, mereka menjadi motivator tanpa dibayar.
Bukankah positif sekali? Membuat jiwa sosial dan kepedulian menjadi terasah?
Saya senang sekali bisa menjadi bagian dari orang-orang hebat ini.
Tibalah waktu istirahat. Kami pindah ke aula. Sebab acara
setelah jam istirahat akan dipusatkan di sana.
Usai istirahat, anak-anak berdatangan ke aula. Mereka
dikondisikan untuk berbaris rapi. Ada dua sesi dalam rangkaian terakhir acara
Hari Berbagi 5 ini. Ada sesi problem solver. Ini khusus untuk tiga anak
terpilih dari tiap kelas. Format problem solver ini berupa mencari dan memecahkan
masalah di lokasi sekolah. Intinya, membuat project agar kondisi sekolah lebih
baik lagi. Anak-anak itu diminta mewawancarai guru dan teman-teman mereka. Lalu
mereka membuat presentasi tentang project itu, estimasi pendanaan, cara-cara
merealisasikan project, dan jangka waktu project. Mereka dibagi dalam tiga
group. Group A, B, dan C.
Sementara anak-anak perwakilan kelas membahas problem solver
di luar aula, murid-murid lainnya diberikan sesi yang tak kalah seru. Mulai
dari ice breaking berupa senam pinguin, sulap, pemutaran film dan video, dan
lima langkah meraih mimpi. Semua ini tentu berkat partisipasi anggota baru dan
astronomer kami, Kang Arif Hidayat Adam.
Selesai persiapan presentasi, satu per satu group problem
solver mempresentasikan hasilnya. Group A dan B mengajukan project perbaikan
toilet sekolah. Group C mengajukan project pengadaan air bersih di sekolah.
Semua presentasinya bagus-bagus. Hanya terpilih satu pemenang, grup B terpilih
sebagai pemenangnya. Akan tetapi bukan berarti group A dan C tidak mendapat
hadiah.
Usai pembagian hadiah, berlangsung sesi foto. Anak-anak
berfoto bersama semua relawan. Acara Hari Berbagi 5 ditutup dengan doa.
Selesailah rangkaian Hari Berbagi 5. Baru setelah itu para
relawan berfoto-foto. Saya berada di antara Bu Evi dan Teh Inez. Anehnya, sesi
foto para motivator diiringi backsound Pamit dari Tulus yang diputarkan dari
notebook milik salah satu relawan.
Puas berfoto, kami duduk dan brieffing lagi. Brieffing
penutupan tak kalah serunya. Kami membahas banyak hal, tak lupa melontarkan
banyak candaan. Candaan seperti tak ada habisnya di sini. Dan kami tak ragu
untuk tertawa atau tersenyum lepas. Saya senang dan bahagia bersama mereka.
Diputuskan bila next project akan dilakukan Bulan September. September! Pas
ulang tahun saya! Semoga tanggal 9, makin pas tuh...hehehe. Dan Ketua Panitia
untuk project berikutnya adalah...Kang Erwin. Good luck, kakak Psikolog-ku.
Akang pasti bisa.
Di perjalanan pulang, hari sudah sore. Lagi-lagi saya
ditemani History-nya One Direction. Saya berpikir, banyak hal positif yang bisa
diambil dari Hari Berbagi dan Komunitas Bisa. Ikut Komunitas Bisa itu ballance.
Dengan kami mendatangi sekolah-sekolah di daerah pelosok, kita melihat ke
bawah. Dengan berkumpul bersama anggota Komunitas Bisa yang terdiri dari
berbagai latar belakang dan pekerjaan, kami melihat ke atas. Kami yang
memotivasi, tapi justru kami yang termotivasi oleh semangat dan cita-cita para
murid itu. Kami belajar bersyukur dan berbuat kebaikan dengan tulus. Komunitas
Bisa juga mengajarkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian, empati,
kepedulian, dan kepekaan sosial. Tak ada hal negatif yang saya dapatkan di
komunitas ini. Hanya hal-hal positif yang saya dapatkan. Terlebih, sepertinya
saya anggota termuda di sini. Saya bisa belajar banyak dari mereka. Mereka
kakak-kakak saya, keluarga saya, inspirasi saya. Saya jadi tergerak menulis
novel tentang Komunitas Bisa. Setelah PSM, kenapa nggak coba Komunitas Bisa?
Iya tho?
So, terima kasih buat hari ini. Pertemuan dengan Komunitas
Bisa sungguh menyenangkan. Semoga kita bisa segera bertemu lagi. Thank you,
danke, syukran, merci beaucoup, arigato, matur nuwun. Kang Renza, Kang Erwin,
Teh Inez, Bu Evi, Teh Nita, dan semuanya, saya pasti akan merindukan kalian.
Kang Oki, Kak Faisal, Kang Gandhi, Pak Indra, dan lainnya, semoga kalian bisa
ikut di next project.
Semangat bisa!
Cita-citaku,
Aku yakin
Aku bisa,
Harus bisa,
Pasti bisa!