Mungkin beberapa di antara kita sudah tidak asing dengan
Leukemia. Ya, penyakit ini sering kali dijadikan topik dalam novel atau film.
Tapi, sebenarnya apa itu Leukemia?
Leukemia ialah penyakit kelebihan sel darah putih
(Leukosit). Leukosit diproduksi secara berlebihan, dan itu justru membahayakan
bagi tubuh penderitanya. Berlebihnya Leukosit dapat merusak antibodi.
Akibatnya, kekebalan tubuh menurun. Alhasil pengidap Leukemia rentan terhadap
infeksi dan penyakit-penyakit lainnya. Bahkan penyakit ringan seperti Influenza
pun dapat berdampak fatal bagi pengidap Leukemia.
Ada beberapa tipe Leukemia. Di antaranya Acute Lymphocitic
Leukemia (ALL), Chronic Myeloid Leukemia (CML), Chronic Lymphocytic Leukemia
(CLL). Namun di sini saya hanya akan membahas satu jenis Leukemia, yakni
Chronic Lymphocytic Leukemia.
Chronic Lymphocytic Leukemia adalah kanker darah yang
ditandai tingginya kadar limfosit dalam darah. Jumlah limfosit di dalam darah
abnormal. Sumsum tulang memproduksinya secara berlebihan. Limfosit B, limfosit
T, dan sel natural killer merupakan tiga tipe limfosit. Dan bila ketiga tipe
limfosit ini jumlahnya berlebihan di dalam darah, maka ketiganya akan
terakumulasi di sumsum tulang belakang, limpa, dan getah bening. Sesungguhnya
limfosit B, T, dan natural killer berguna sebagai antibodi dan melawan infeksi.
Akan tetapi jika jumlahnya terlalu banyak, maka ketiga limfosit ini kehilangan
fungsinya yang berharga.
Penderita CLL biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun pada
stadium awal. Bisa dikatakan penyakit ini tergolong silent killer. Penyakit
ini akan semakin memburuk seiring beberapa tahun.
Ketika CLL semakin parah menggerogoti, barulah muncul
sejumlah gejala. Di antaranya demam, penurunan berat badan, limfadenopati, dan
infeksi berulang, khususnya infeksi pernafasan. Akibat penumpukan sel B
neoplastik, pasien yang asimptomatik pada saat diagnosis pada akhirnya akan
mengalami limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. Sebagian pasien
mengalami Trombositopenia. Pada aspirasi sumsum tulang belakang, terdapat
penggantian elemen sumsum tulang yang dilakukan oleh limfosit.
CLL bukannya tak memiliki komplikasi. Ada lima komplikasi
yang berisiko terjadi pada pasien CLL, antara lain:
■Infeksi
■Hipogamaglobulinemia
■Transformasi menjadi keganasan limfoid
yang agresif
■Komplikasi akibat penyakit autoimun
■Keganasan sekunder
Sama seperti jenis kanker lainnya, CLL masih memiliki
harapan untuk diobati. Setidaknya pengobatan itu bisa membantu memperpanjang
harapan hidup. Sampai saat ini kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang
belakang masih menjadi pilihan terbanyak. Meski demikian, ada beberapa tindakan
medis lain yang dapat dicoba. Cobalah menjalani kemoterapi kombinasi,
radioterapi, siklosporin pada aplasia eritrosit, antibodi monoklonal Campath, splenektomi,
penggantian imunoglobulin, dan stem cell transplantation. Selain itu,
penggunaan obat-obatan kortekostaroid sangat dianjurkan guna meningkatkan
imunitas dalam tubuh.
Bagi kita yang masih sehat, bersyukurlah. Berkacalah pada
saudara-saudara kita yang mengidap CLL. Lihatlah betapa berat perjuangan
mereka. Betapa sulitnya bagi mereka untuk mempertahankan hidup. Dari sana, kita
bisa mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah.
Sedangkan bagi para surviver CLL, jangan menyerah. Tetap
bersemangat dan berikhtiar. Iingatlah, Allah menurunkan penyakit bersama dengan
obatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar