Dear Allah,
Allah Yang Maha Cinta, kutahu Engkau selalu punya waktu
untukku. Bukan hanya untukku, tapi waktu untuk seluruh makhluk ciptaanMu di
alam raya dan langit.
Aku ingin konseling padaMu, ya Rabb. Dari pada ke psikolog,
aku titipkan saja keluhanku padaMu.
Ya, Allah, kau tahu? Akhirnya pintu di RRI tertutup untukku.
Sandiwara radio itu gagal dengan diplomasi yang memuakkan. Berputar-putar dan
terlalu panjang.
Sedih? Sangat. Bukan karena harapanku terlalu tinggi, tapi
karena mereka menghempaskanku. Mereka sendiri yang menawarkan, tapi mereka juga
yang membantingku. Itu rasanya sakit.
The door closed.
Aku sedih. Sepertinya tak ada lagi pintu yang kan terbuka
untukku.
Aku juga takut, ya Allah. Aku sering mengkhawatirkan malaikat
tampan bermata sipitku. Rasanya dia begitu jauh dariku. Diriku takut
kehilangannya.
Serasa aku teramat jauh dengannya. Padahal aku ingin dekat.
Tentu Kau mengerti maksudku, ya Allah.
Bukan perbedaan rentang usia yang kupermasalahkan. Tapi
perbedaan jalan. Aku masih berbeda jalan dengannya. Aku takut hanya
dipertemukan dengannya di dunia. Aku ingin dipertemukan lagi bersamanya di
akhirat. Tapi mungkinkah...?
Aku tak berani berharap, ya Allah ya Latif. Aku tak berani menaruh
harapan pada pria yang seluruh hidupnya berputar pada keluarga intinya saja.
Percuma, Ya Latif. Percuma. Aku hanya bisa begini. Menyepi dan menitipkannya
padaMu.
Ya Allah, ya Jabar, aku mau jujur padaMu. Aku cemburu,
cemburu sekali pada kakaknya. Bisa-bisanya aku kalah dengan perempuan yang sangat
biasa dan tidak cantik. Mengapakah semua yang terbaik belum tentu jadi
pemenang?
Diri ini sudah lelah dijegal. Di RRI, ada pria baik tapi
dikelilingi wanita-wanita buruk. Mungkin juga malaikat tampan bermata sipitku
begitu. Aku tak mudah percaya orang sebelum benar-benar mengenalnya.
Hatiku didera pesimistis, ya Allah. Pesimistis tentang
rangkaian impianku ingin mengadaptasi karyaku ke dalam bentuk film. Semua pintu
seolah tertutup rapat untukku.
Aku merasa semuanya sia-sia, Ya Qudus. Aku merasa
Tahajud-tahajudku di sepertiga malam, memberi makan orang miskin tiap hari
sia-sia saja di mataMu. Maaf ya Allah, aku terlalu banyak mengeluh.
Oh ya, aku juga takut my Ronald Wan dikremasi. Aku tak rela
bila orang yang kucintai, salah satu malaikat hidupku, berakhir menjadi abu.
Aku takut. Ini bagian dari rasa takut kehilangan.
Ketakutanku akan kehilangan dirinya teramat besar. Disusul
gelembung balon kesepian. Aku benar-benar didera ketakutan besar. Sulit, sulit
bagiku mengatur pikiran. Bayangan tentang mutasi gen kanker, rasa sakit, dan
kehilangan malaikatku berkelebatan di pikiran. Sering aku berpikir. Lebih baik
aku berumur pendek dari pada kehilangan kekasihku.
Ya, Allah, aku takut kehilangannya di tengah perjalanan
waktu. Aku takut kesehatannya tergerus usia. Sungguh, aku takut.
Ku teringat kisah nabi Yusuf. Nabi Yaqub berkata bahwa
Engkaulah penjaga terbaik. Voila, Nabi Yusuf dikembalikan pada Yaqub. Maka,
saksikanlah doaku: aku titipkan orang-orang yang kucintai padaMu, ya Allah. Kumohon
jagalah mereka. Berikan untukku bila waktunya tepat.
Aku tak berani berharap apa pun. Kecurigaan tumbuh di
hatiku. Keluarganya terlalu ikut campur urusan hidupnya, mengekangnya, dan
mencegahnya bersatu denganku. Bila kecurigaanku benar, lebih dalam luka hatiku.
Aku memang tidak pantas diterima dalam keluarga mana pun.
Memang berbahaya bila pria teerlalu dicampuri urusan hidupnya oleh keluarga,
terutama ibunya. Terlebih si pria sudah lebih dari dewasa untuk membangun
hidupnya dan cabang keluarganya sendiri. Itu yang kusedihkan dan kutakutkan.
With love,
Young Lady cantik bermata biru